Rabu, 13 Desember 2023

CERPEN KARYA SISWA

                                              TERIMA KASIH UNTUK SEMUANYA

                            karya :  Desvita Wibi Atmaka kelas 9B


   Sudah 9 tahun lamanya aku bersahabat dengannya. Aku memiliki nama panggilan yang hampir sama dengan sahabatku. Vita, itulah namaku. Sahabatku bernama Dita.  Suka duka telah kita jalani bersama. Seperti jalan - jalan, liburan, belajar bersama, bermain, menceritakan masalah yang kita punya, dan masih banyak lagi.

   Namun, berbeda dengan yang sekarang. Aku dan dita, sudah tidak pernah lagi bermain bersama. Orang tuanya melarang dita untuk bepergian kecuali pergi ke sekolah. Bukan berarti aku tidak disukai oleh orang tuanya tetapi menurutku ada suatu hal yang mereka sembunyikan. Seperti biasa di sekolah aku menunggu dita di kelas.

“ Dita belum dateng ya, atau tidak masuk lagi? “ pikirku

   Ya, aku berpikir seperti itu karena semenjak dia tidak boleh bepergian, dia juga sering tidak masuk sekolah dengan ijin sakit. Mungkin karena itu dia jadi tidak diperbolehkan bepergian.  Dan bel sekolah pun berbunyi.

“ kringggggg “

“ Dita tidak masuk, sepulang sekolah aku akan ke rumahnya “ ucapku.

   Waktu pulang sekolah telah tiba. Aku cepat - cepat ke rumahnya untuk melihat kondisinya apakah baik - baik saja. Setelah sampai aku mengetuk pintu rumahnya.

“ Tok tok tok tok “

“ Assalamualaikum, Dita “

Aku terus memanggilnya, tapi tidak ada sahutan yang menjawab.

“ Apa dita sedang pergi? Hahh yaudah deh aku pulang saja “ ucapku lalu pergi.

   Keesokan harinya di sekolah, aku melihat dita sedang duduk sambil membaca buku. Tanpa basa basi aku langsung menemuinya dan memeluknya.

“ Dita, kenapa kau tidak masuk sekolah kemarin? Aku sudah ke rumahmu tapi kau tidak ada “  tanyaku.

Dita yang keget saat aku tiba - tiba memeluknya pun menjawab.

“ Kemarin aku pergi dengan keluargaku, maaf aku tidak memberitahumu “ kata dita dengan tersenyum.

“ Tidak apa, yang penting sekarang kau masuk sekolah, aku sendirian tau “ balasku sambil menunjukkan wajah cemberut

“ hahahaha, sudahlah jangan pasang wajah cemberutmu itu “ tawa dita.

Saat istirahat pun tiba. Kami masih di kelas sambil memakan bekal yang dibawa.

“ Vita, apa kau sibuk hari minggu besok? “ tanya dita.

“ Sepertinya tidak, memangnya ada apa ? “ jawabku dengan penasaran.

“ Sebenarnya..... aku ingin mengajakmu jalan - jalan seperti dulu saat kita masih bisa bersama “ balasnya dengan nada yang lebih pelan.

“ heee, benarkah? “ kataku yang terkejut saat dita mengajakku jalan – jalan.

“ Iya, kenapa kau terkejut? “ tanyanya.

“ aah, itu.... karena bukannya kamu tidak diperbolehkan pergi kemana - mana? Apa orang tuamu tidak akan marah? “ tanyaku,tetapi aku sangat senang jika memang benar diperbolehkan.

“ Oh soal itu, aku sudah meminta ijin pada orang tuaku. Walau susah untuk mendapatkan ijinnya sih, tapi akhirnya boleh. Jadi tidak apa - apa “ jawab dita yang berusaha meyakinkanku.

“ baiklah, aku bisa kok. Apa sih yang enggak bisa untuk sahabatku? “ balasku dengan nada mengejek.

“ iisss kamu tu, ngak usah gitu juga kali “ kata dita dengan kekehannya.

“ iya iya hahaha “ aku pun ikut tertawa.

Mereka berdua pun melanjutkan memakan bekalnya.

   Hari minggu telah tiba, hari yang dimana aku dan dita bebas ceria bersama kembali. Sekarang kami berada di taman yang luas. Saat aku datang, aku melihat wajah dita yang nampak sedikit pucat yang membuatku heran lalu bertanya.

“ Dita, wajahmu terlihat sedikit pucat. Apa kau tidak apa - apa? “

“ A ah ti-tidak apa apa, aku hanya kelelahan saja “ jawab dita dengan gugup.

“ kalau kau lelah, sebaiknya istirahat saja. Kita bisa bertemu kapan - kapan lagi “ucapku yang khawatir dengan keadaannya.

“ Tidak, lagi pula aku tidak tahu apakah aku boleh pergi lagi atau tidak “ bantahnya.

“ Hmm, ya sudah kita duduk - duduk dulu “

   Saat aku ingin menuju ketempat duduk, dita langsung mengenggam tangganku dan menarikku ikut bersamanya.

“ Enggak, ayo kita bersenang - senang seperti dulu “ bantahnya lagi

“ Tapi kau - “ ucapku yang terpotong oleh dita

“ Sudahlah tidak apa, yuk kita bersenang - senang di sini “ ucapnya sambil menarik tanganku.

   Kami bersenang - senang saat itu. Mengisi kehampaan yang selama ini kami jalani. Entah apakah kebahagiaan ini akan terus berjalan atau untuk terakhir kalinya. Saat ini aku dan dita sedang duduk untuk menikmati suasana matahari yang akan tenggelam. Setelah kami tertawa lepas untuk kebahagiaan yang telah hilang dulu.

“ Wah lihat, mataharinya akan tengelam “ kataku sambil menikmati keindahan itu.

“ Iya, sangat indah “ jawabnya dengan tersenyum.

“ Aku harap aku bisa melihat keindahan ini bersamamu kembali “ lanjutnya tetapi bukan dengan tersenyum melainkan dengan air mata yang telah mengalir dipipinya.

Aku yang melihatnya pun terkejut, lalu menghapus air matanya yang telah mengalir dipipinya.

“ Ehh kenapa kau menangis, jangan menangis lagi aku tidak suka itu “ kataku sambil menghapus air matanya.

“ pasti dong, kita bisa melihat pemandangan ini bersama lagi “ ucapku.

“ Tapi aku tidak tahu, bisakah kita seperti ini lagi ? “ucapnya dengan sedikit serak.

“ Ssstt jangan bilang seperti itu. Memangnya kenapa kau bilang seperti itu hmm? “ balasku.

“ Kita tidak tahu, kapan takdir akan memisahkan kita bukan? Bisa saja hari ini adalah pertemuan terakhir kita “ jawab dita tanpa sadar.

“ Apa maksudmu? Tidak, kita tidak akan terpisah “ bantahku, lalu setetes air mataku turun. Aku mulai menangis seperti dita.

“ Terima kasih, kau telah menjadi sahabatku hingga saat ini. Maaf jika aku sering menyembunyikan sesuatu darimu. “ ujarnya lalu langsung memelukku dengan erat.

“ Sama - sama, aku senang bisa bersahabat denganmu dan aku memaafkanmu jika kau melakukan kesalahan “ ucapku lalu membalas pelukan dita.

   Kami pun saling berpelukan, manangis bersama, melepaskan perasaan - perasaan yang ada didalam pikiran kita.

   Dua hari pun berlalu. Setelah pertemuan itu, dita kembali tidak masuk sekolah. Entah mengapa setelah pertemuan itu, aku menjadi gelisah. Aku sering kepikiran dengan kata - kata dita saat itu. Saat ini aku sedang menatap langit malam yang penuh bintang dari jendela kamarku. Memikirkan kata - kata itu kembali. Aku berpikir mengapa dita mengatakan itu? Dan aku pun berhenti menatap langit, saat ibuku memasuki kamarku. Aku menatap heran pada muka ibuku seperti habis menangis. Lalu aku pun bertanya.

“ Ibu ada apa ibu ke kemarku? Dan mengapa ibu seperti habis menangis? “ tanyaku dengan penasaran.

“ Ibu ? “ tanyaku sekali lagi.

“ Vita, kamu yang sabar ya? “ jawab ibuku dengan nada sendu.

“ Ada apa ibu ? “

“ Vita, sahabat kamu ..... “ ucap ibuku seperti berat mengatakannya.

“ Dita kenapa? “

“ Jawab bu, dita kenapa ? jawabku penuh tanya.

“ Sahabatmu telah meninggal vita “ kata ibuku terus terang.

“ Ti-tidak, dita tidak meninggal bu, ibu pasti bohongkan? Bantahku dengan air mata yang mulai keluar.

“ Hiks, hiks tidak, dita tidak akan meninggalkanku bu, kemarin aku dan dita habis bersenang -senang bersama, kenapa sekarang dia pergi? “ ucapku tidak percaya dengan apa yang terjadi.

   Ibuku pun langsung memelukku untuk menenangkanku, pasti berat untuk menerimanya. Setelah tenang ibuku menceritakan kepadaku. Ibuku tahu karena sempat ditelfon oleh orang tua dita. Mereka menceritakan mulai dari dita yang tidak boleh bepergian hingga kondisi dita yang memiliki penyakit.

   Ya. Penyakit itu adalah leukemia. Ternyata itu alasannya, selama ini dita sering tidak masuk sekolah karena dirinya berada di Rumah sakit. Dia memaksa masuk sekolah hanya karena untuk bertemu denganku. Dan pertemuan kemarin, dita memaksakan untuk bertemu denganku sebagai permintaan terakhirnya. Tentu saja orang tuanya tidak bisa membantahnya. Aku sangat terkejut, mengapa dita tidak memberitahuku? Kenapa ini semua harus terjadi?

Hingga aku teringat kata - kata dita saat itu. Dan sekarang aku mengerti mengapa dita berkata seperti itu. Lalu tiba - tiba ibuku memberikan sebuah surat, disitu tertulis

 * Dari Dita untuk sahabatku Vita * .  Aku pun membaca surat itu.

 

Hai sahabatku.......

Pasti saat kau membaca ini aku sudah tidak ada ya?

Tidak apa, aku ingin meminta maaf telah berbohong kepadamu tentang penyakitku ini

Itulah alasan mengapa kita tidak bisa seperti dulu lagi

Maaf karena penyakitku, kita tidak segembira dulu

Aku menyembunyikannya karena aku tidak ingin membuatmu menangis terus saat mengingatku

Ngomong - ngomong kemarin pertemuan kita sangat menyenangkan

Setelah sekian lama kita tidak seperti itu

Aku ingin seperti itu lagi, tapi tidak bisa ya?

Aku bahkan hampir tidak percaya, pertemuan kemarin itu sepertinya pertemuan terakhir kita

Tapi aku senang, bisa bersama denganmu diakhir - akhir hidupku

Terimakasih vita telah membuatku bahagia dulu

Kebersamaan kita, kejahilan kita, kesenangan kita itu tidak akan aku lupakan

Terimakasih untuk semuanya yang telah kita lalui

 

Dari sahabatmu

Dita

 

Setelah membaca surat itu, aku kembali menangis saat memori - memori kebersamaannya muncul dipikiranku. Tidak percaya sahabat yang aku sayangi telah pergi. Dan ya, aku mengikhlaskannya.

Terima kasih untuk semuanya, Dita

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar