Selasa, 19 Desember 2023

ANTOLOGIPUISI PEREMPUAN LERENG MERAPI karya Indah Aryati Prawiro

 



                                                  KARYA : INDAH ARYATI PRAWIRO




ANTOLOGI PUISI
PEREMPUAN LERENG MERAPI
Penulis:
Indah Aryati Prawiro
Desain Cover dan Layout:
WazirulANTOLOGI PUISI

Penerbit Buana Grafika
Perum Azzafira C-8 Banguntapan,
Bantul, Yogyakarta
x + 68 hlm. 14,5 x 21 cm
Cetakan Pertama, September 2019
ISBN: 978-623-7582-36
Hak cipta dilindungi undang-undang. Sebagian atau seluruh isi buku
ini dilarang diperbanyak dalam bentuk apa pun tanpa izin tertulis
dari penerbit.
Isi tulisan (karangan) menjadi tanggung jawab penulis.


 Kata Pengantari

Alhamdulillah..
Syukur pada karunia Allah Maha Penolong dalam segala
kesempitan. Yang selalu ada dalam setiap kesempatan. Akhirnya
penulis dapat menyelesaikan serangkaian proses peenciptaan
hingga terwujud dalam sebuah Antologi yang sederhana ini.
Beberapa puisi dalam antologi ini telah terbit dalam buku Anto
logi bersama teman-teman penyair dari berbagai daerah di
Indonesia maupun di media masa. Pada tahun 2018 ini sebanyak
52 puisi dihimpun dalam sebuah buku yang berjudul: Perempuan
Lereng Merapi.
Terhimpunnya ke 52 puisi dalam Antologi Perempuan
Lereng Merapi ini untuk dinilai dalam perhitungan angka kredit
jabatan fungsional guru. Dukungan dari berbagai pihak baik se
cara langsung maupun tidak langsung sungguh penulis rasakan
sebagai sesuatu yang memperingan terwujudnya Buku Antologi
ini. Bapak Edi Heri Suasana, M.Pd (Kepala Dinas Pendidikan
Kota Yogyakarta), Prof. Dr. Suminto A. Sayuti (Dosen/Guru Besar
UNY), Suraji, S.Pd (Guru SMPN 2 Yogyakarta/Ketua MGMP
Bahasa Indonesia SMP Kota Yogyakarta), Drs. Sutardi (Guru/
Penyair SMKN 2 Yogyakarta), adalah “guru-guru” juga penulis
yang tulus ikhlas memberikan sumbangsihnya pada antologi ini.
Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih dan peng
hargaan yang tulus kepada beliau. Ucapan senada juga penulis
sampaikan kepada Ibu Yuniati, M.Pd (Kepala SMPN 4 Yogya
karta) serta Drs. Sumanang Tirtasujana (Budayawan dan Pe
nyair), rekan-rekan guru dan peserta didik yang telah memberi
kesempatan dan dukungan serta sumber inspirasi.

Antologi Puisi “Perempuan Lereng Merapi” ini merupakan
buku kedua setelah “Berguru Angin Rantau”. Tuntutan seorang
guru harus menciptakan karya inovatif, mendorong penulis
untuk segera menyelesaikan Buku ini. Tentunya masih jauh dari
sempurna. Penulis mohon masukan dan kritik membangun dari
pembaca agar karya berikutnya lebih layak.
Terima kasih pada semua pihak yang telah membantu
kelancaran penerbitan buku kecil ini. Semoga bermanfaat dan
dapat memberikan nuansa baru dalam bersastra di kalangan
para pendidik, khususnya di SMPN 4 Yogyakarta untuk terus
berkarya. Menumbuhkan dan meningkatkan apresiasi sastra bagi
peserta didik dan pembaca pada umumnya, Semoga.
Salam Sastra.
Yogyakarta, 9 November 2018
Penulis,
Indah Aryati Prawiro


Potret Peristiwa dan Kata-kata
Indah: Catatan Perayaan
Perempuan Lereng Merapi
Oleh: Eko Triono*
SAYA mendapat kiriman kata-kata hangat dalam sepaket
puisi karya Indah Aryati Prawiro, ketika Belanda sedang
mengakhiri musim gugur, mengawali musim dingin yang gigil.
Dari jendela apertemen di Kota Leiden ini, saya dengar angin
kencang menyeret daun-daun di jalan beku, kabut menebal di
luar, dan sepi bertalu menghantam batin yang sendiri.
Kecederungan untuk menangkap yang kelak bakal lepas,
seperti kenangan dingin ini juga, adalah naluri manusia. Hanya
saja alat tangkap momennya yang berbeda dari suatu generasi
manusia ke generasi yang lain, bahkan di antara manusia satu
generasi. Mulai dari gambar tangan di gua purba, pahatan pada
batu piramida, relief, lukisan, ditemukannya seluloid, kamera,
video, dan termasuk yang sedang kita bicarakan ini, yakni: kata
kata.
Kata-kata memiliki karakteristiknya tersendiri saat diguna
kan untuk menangkap dan mengungkapkan momen. Tergantung
ruang lingkup kata-kata tersebut. Dalam lingkup puisi, tentu
akan berbeda dengan lingkup yang lainnya. Bahkan, di dalam
satu lingkup puisi pun terdapat perbedaan antara satu penyair
dengan penyair lainnya, sekalipun momennya atau objeknya
sama, di dalam satu bahasa penutur yang sama. Ada sejumlah
faktor yang mempengaruhi variasi ekspresi para penyair kita.
Termasuk variasi ekspresi penyair Indah Aryati Prawiro.
Dalam sementara pembacaan saya, penyair yang juga guru
ini pertama-tama bukan hanya merekam momen, sebagaimana
kata yang dibiarkan menangkap peristiwa puitik, tetapi turut ia
menafsirkan momen puitik secara bersamaan. Penyair turut
memberi nilai, berdasarkan suatu anutan nilai di dalam dirinya,
pada semesta bentuk; yang membuatnya terpesona untuk men
jadikannya semesta makna. Yang ia harap, dalam pembacaan saya,
pesona makna itu sampai juga pada pembaca dengan selekasnya.
Dalam puisi berikut misalnya.

MATA AIR
mata air tanah
biarlah membuncah
membasuh gurun tandus
dengan riaknya yang tulus
Tidak cukup dengan menyajikan gambaran mata air tanah,
ia juga memberi makna pada riaknya, yang, bagi penyair, tulus.
Pemberian makna ini yang menjadikan penyair penafsir atas
semesta gejala puitik yang melingkupi dirinya. Tentu gejala
puitik bagi tiap penyair juga berbeda. Dalam puisi-puisinya,
Indah Aryati memiliki kecenderungan terpikat pada momen
puitik; alam fisik—tanah, air, udara, pepohonan; alam kenang
an—masa kecil, masa lalu, peristiwa persinggahan di suatu kota
atau tempat baru; alam keseharian—kegiatannya sebagai guru,
sebagai ibu, dan sebagai seorang individu.
Dari ragam tersebut, kita akan mendapatkan gambaran
pokok. Yang pertama, di dalam puisi-puisinya Indah Aryati
secara intensif menampilkan gejala di luar diri manusia sebagai
gejala yang juga manusiawi. Beberapa penyair mengambil ke
gelisahan di dalam dirinya lalu diberikan kepada hal-hal di luar
dirinya seperti kepada batu atau pohon.

Yang kedua, seperti gejala milineal kekinian yang menyajikan
postingan gambar menakjubkan atau yang menarik perhatian
atau yang menyentuh perasaan, di instagram misalnya, lalu
diberi kutipan, permenungan di bawahnya. Puisi-puisi Indah
Aryati mencoba mengambil dan di lain waktu memberi makna
dari setiap gambaran peristiwa puitik yang ditangkapnya di
dalam kata-kata. Dan yang ketiga, ekspresi puitik yang spontan
lahir dari gejala batinnya terkadang hadir lebih murni dan
memikat.
PULANGNYA PERGI
jika pergi adalah pulangmu
rumah itu pastilah bernama rindu
jika pulang adalah kerinduanmu
kangen itu yang akan membimbingmu
sampai di depan pintu
ketuklah perlahan
….
ALKISAH
aku perempuan, lugas tanpa muslihat
berilah aku arti!
terserahmu, apa saja!
karena aku kelopak terakhir
yang ingin membuatmu bahagia
saat senja tiba”
Kehadiran puisi di dalam kehidupan manusia melalui
perangkat bahasa sebagai sarana untuk mengekspresikan gejala
batin dan mengkomunikasikannya. Tidak hanya pada level
individu. Tetapi juga, pada sebuah masyarakat. Di Kota Leiden,viii
Antologi Puisi
Belanda, ini misalnya, berbagai sudut gedung kota dihiasi
dengan puisi-puisi yang dari berbagai macam bahasa di dunia,
termasuk bahasa dan huruf Jawa—puisi Ranggawarsita, dan
Chairil Anwar.
Keberadaan tersebut salah satunya sebagai penegasan bahwa
masyarakat global mempelajari kebijaksanaan dan ilmu
pengetahuan yang datang dari bahasa apa saja. Juga menikmati
keindahan dari berbagai momen puitik yang ditangkap oleh
berbagai penyair di penjuru dunia, agar mengenal apa yang jauh
di sana. Demikian juga di dalam buku puisi yang sedang ada di
tangan ada saat ini. Kita dituntun untuk mengenal penyairnya,
seperti dalam salah satu puisinya sendiri, “Menjelang Aku”, /
…Agar kau dapat membaca/ Wajah yang sebenarnya/ (dari) :Indah
Aryati Prawiro.
(2018)
______
*Eko Triono, pengajar dan penulis sastra. Menjalani residensi
sastra di Belanda melalui program Komite Buku Nasional.
ekotriono_yes@yahoo.com.Yang kedua, seperti gejala milineal kekinian yang menyajikan
postingan gambar menakjubkan atau yang menarik perhatian
atau yang menyentuh perasaan, di instagram misalnya, lalu
diberi kutipan, permenungan di bawahnya. Puisi-puisi Indah
Aryati mencoba mengambil dan di lain waktu memberi makna
dari setiap gambaran peristiwa puitik yang ditangkapnya di
dalam kata-kata. Dan yang ketiga, ekspresi puitik yang spontan
lahir dari gejala batinnya terkadang hadir lebih murni dan
memikat.
PULANGNYA PERGI
jika pergi adalah pulangmu
rumah itu pastilah bernama rindu
jika pulang adalah kerinduanmu
kangen itu yang akan membimbingmu
sampai di depan pintu
ketuklah perlahan
….
ALKISAH
aku perempuan, lugas tanpa muslihat
berilah aku arti!
terserahmu, apa saja!
karena aku kelopak terakhir
yang ingin membuatmu bahagia
saat senja tiba”
Kehadiran puisi di dalam kehidupan manusia melalui
perangkat bahasa sebagai sarana untuk mengekspresikan gejala
batin dan mengkomunikasikannya. Tidak hanya pada level
individu. Tetapi juga, pada sebuah masyarakat. Di Kota Leiden,viii
Antologi Puisi
Belanda, ini misalnya, berbagai sudut gedung kota dihiasi
dengan puisi-puisi yang dari berbagai macam bahasa di dunia,
termasuk bahasa dan huruf Jawa—puisi Ranggawarsita, dan
Chairil Anwar.
Keberadaan tersebut salah satunya sebagai penegasan bahwa
masyarakat global mempelajari kebijaksanaan dan ilmu
pengetahuan yang datang dari bahasa apa saja. Juga menikmati
keindahan dari berbagai momen puitik yang ditangkap oleh
berbagai penyair di penjuru dunia, agar mengenal apa yang jauh
di sana. Demikian juga di dalam buku puisi yang sedang ada di
tangan ada saat ini. Kita dituntun untuk mengenal penyairnya,
seperti dalam salah satu puisinya sendiri, “Menjelang Aku”, /
…Agar kau dapat membaca/ Wajah yang sebenarnya/ (dari) :Indah
Aryati Prawiro.
(2018)
______
*Eko Triono, pengajar dan penulis sastra. Menjalani residensi
sastra di Belanda melalui program Komite Buku Nasional.
ekotriono_yes@yahoo.com.

PULANGNYA PERGI
jika pergi adalah pulangmu
rumah itu pastilah bernama rindu
jika pulang adalah kerinduanmu
kangen itu yang akan membimbingmu
sampai di depan pintu
ketuklah perlahan
….
ALKISAH
aku perempuan, lugas tanpa muslihat
berilah aku arti!
terserahmu, apa saja!
karena aku kelopak terakhir
yang ingin membuatmu bahagia
saat senja tiba”
Kehadiran puisi di dalam kehidupan manusia melalui
perangkat bahasa sebagai sarana untuk mengekspresikan gejala
batin dan mengkomunikasikannya. Tidak hanya pada level
individu. Tetapi juga, pada sebuah masyarakat. Di Kota Leiden,viii
Antologi Puisi
Belanda, ini misalnya, berbagai sudut gedung kota dihiasi
dengan puisi-puisi yang dari berbagai macam bahasa di dunia,
termasuk bahasa dan huruf Jawa—puisi Ranggawarsita, dan
Chairil Anwar.
Keberadaan tersebut salah satunya sebagai penegasan bahwa
masyarakat global mempelajari kebijaksanaan dan ilmu
pengetahuan yang datang dari bahasa apa saja. Juga menikmati
keindahan dari berbagai momen puitik yang ditangkap oleh
berbagai penyair di penjuru dunia, agar mengenal apa yang jauh
di sana. Demikian juga di dalam buku puisi yang sedang ada di
tangan ada saat ini. Kita dituntun untuk mengenal penyairnya,
seperti dalam salah satu puisinya sendiri, “Menjelang Aku”, /
…Agar kau dapat membaca/ Wajah yang sebenarnya/ (dari) :Indah
Aryati Prawiro.
(2018)
______
*Eko Triono, pengajar dan penulis sastra. Menjalani residensi
sastra di Belanda melalui program Komite Buku Nasional.
ekotriono_yes@yahoo.com.

Daftar isix
Antologi Puisi
22.
KATA HATI .......................................................................... 31
23.
DIALOG IMAJINER ............................................................ 32
24.
NYANYIAN JOMPLANG................................................... 33
25.
SEPENGGAL KISAH DI BATAS SENJA ......................... 35
26.
SEEKOR KOBRA DAN MAWAR MERAH ...................... 37
27.
MAKNA KERINDUAN....................................................... 38
28.
EKSEKUSI (detik-detik menjelang)................................... 39
29.
PERJALANAN ...................................................................... 40
30.
MENJELANG AKU ............................................................. 41
31.
DIAM ...................................................................................... 42
32.
ELEGI PAGI-PAGI ............................................................... 43
33.
DIRGAHAYU INDONESIA ............................................... 44
34.
SOLITUDE ............................................................................. 45
35.
TERNYATA AKU ................................................................. 46
36.
EPILOG .................................................................................. 47
37.
DI PUNCAK TIDAR ............................................................ 48
38.
SUNYI ..................................................................................... 49
39.
SUNYI 2 .................................................................................. 50
40.
JANUARI ............................................................................... 51
41.
SUNYI 3 .................................................................................. 52
42.
JARAK .................................................................................... 53
43.
KAMPUNGKU ...................................................................... 54
44.
TAKDIR .................................................................................. 55
45.
BUKAN KERTAS PUTIH .................................................... 56
46.
KELAHIRAN ........................................................................ 57
47.
SEUNTAI RASA Life Inspiring Guru-guru Tercinta ..... 58
48.
PEREMPUAN LERENG MERAPI ..................................... 59
49.
LONING (Dusun Sunyi Sematkan Mimpi) ...................... 61
50.
MENJARING ANGIN ......................................................... 63
51.
SAMPAI MALAM................................................................. 65
BIODATA ........................................................................................ 67


1. SAYAP-SAYAP

sayap-sayap melintas cakrawala
menghalau mendung mencakar mega
kilau putih-putih berpendaran
sinergi rona jingga kemerahan
bertubi sayap-sayap melawan gempuran
meneduhkan padang-padang gersang
mengalunkan megatruh dan maskumambang
tembang kian asing berkumandang
kesabaran sedalam palung laut
setegar cadas dan batu berlumut
kokoh menyimpan petitih leluhur
mawar-mawar cinta tak kian luntur
sesekali sayap-sayap berbisik
saat terjebak dan terusik
kuat kekar gerak sayap-sayap
merengkuh rapuh batin meratap
senja itu,
sayap-sayap menjelma lagu
pengusik jiwa nada-nada rindu
bangkitkan gelora hidup berpacu
kepada dunia.. wahai dunia...
bersama anak-anak tanpa sepatu
sayap-sayap melanjutkan kehidupan
mekar berbagi senyuman

Yogyakarta, 20 Jan 2017Per

2, MATA AIR

mata air tanah
biarlah membuncah
membasuh gurun tandus
dengan riaknya yang tulus
kilau warna langit
adalah gelora hidup terbabit
menolak segala pembabilan
rindukan perdamaian
tak kan lagi rembulan terjelebak
di hutan belantara tanpa jejak
dalam bayang-bayang sang bagaspati
perlahan kembali di peraduan bumi
mata air tanah
biarlah membuncah
membasuh gurun tandus
dengan riaknya yang tulus

Magelang, 17 Juli 2017

3. TERNYATA KAU

ini laut enggan berombak
ketika matahari mengintip malu
muram durja membekas sembilu
kepakan camar membelah langit beku ..
ini ombak enggan menggelombang
riak air menghempas karang
masih terasa memang
namun geloranya telah menghilang
ini camar nanar pucat membisu
pasir putih pun masih menggugu
ditikam sendu tepian waktu
serba tak tentu...
ternyata kau,
membayangi angan kerontang
dalam gelisah menggumpal resah
hati nan dingin ingin berkesah
pada laut yang enggan beriak
aku teriak-teriak terbentang jarak
di pantaimu aku titipkan sepenggal kisah
butir-butir pasir untaian sejarah

Yogyakarta, 23 Februari 2016
 
4.  TANDA-TANDA
(Riau Berduka)6
Antologi Puisi
beribu satwa bergelinjang meregang nyawa
dipanggang panasnya dahaga kesewenangan
ketenteraman hangus semakin tandus
kabut asap berdesak di rongga dada
haruskah kita selalu khawatir ketakutan
serta tenggelam dalam beribu kesedihan
tidak.. saudara-saudaraku
ampunan, perlindungan masih membasah
pada jiwa-jiwa senantiasa pasrah
pada hamba yang istiqomah dan berserah
sebab masih ada keadilan paling sempurna
Adalah keseimbangan dan kuasa-Nya 
tunduklah kepala dalam istighfar
Astaghfirullah..
Pelalawan, 14 Feb 2014Perempuan Lereng Merapi
ketika sungai terbelah
semua diam tak berkilah
keraguan menghempas dayungku
kilatan biru langit tumpah ruah
riak gelombang menggempur tanah
aku yang masih termangu
kemana arah kan menuju
simpang kiri adalah sejarah
asal muasal kehidupan merekah
petualangan sarat perjuangan
simpang kanan penuh kedamaian
ladang cinta dan kasih hangat disemaikan
hidup sahaja berkesederhanaan
seperti sungai dan ikan-ikannya
ke manakah?
pohon tak lagi hijau bisakah tumbuh
masih dalam kebimbangan
kemana sampanku berlabuh
Yogyakarta, 1 Februari 2016
5. KEMANA8
Antologi Puisi
jika pergi adalah pulangmu
rumah itu pastilah bernama rindu
jika pulang adalah kerinduanmu
kangen itu yang akan membimbingmu
sampai di depan pintu
ketuklah perlahan
jangan terburu
selepas gerimis reda
mungkin senja
tetaplah segala-galanya, bagi pecinta
melukis bianglala
di batas cakrawala
suaraku bukanlah panah
seorang pemburu
bukan pula semilir angin
pengembara yang pilu
hanya setitik tungku
secercah lampu
yang dipertemukan minyak dan sumbu
Yogyakarta, Januari 2015/2017
6. PULANGNYA PERGIPerempuan Lereng Merapi
9
alkisah...
Layla menepis anak rambut
yang menghambur di keningnya
menutup lengkung alisnya
dalam temaram lantang meradang
aku perempuan, lugas tanpa muslihat
berilah aku arti!
terserahmu, apa saja!
karena aku kelopak terakhir
yang ingin membuatmu bahagia
saat senja tiba”
katanya..
Yogyakarta, 21 Januari 2017
7. ALKISAH10
Antologi Puisi
tengadah di bawah langit
mengintip matahari
mengalun ombak berdebur syahdu
meninggi dan jatuh
memecah karang
camar terbang layang
pasir terberai
di kakiku
terasa ada yang hilang
lengang bertahta kembali
di jiwa. Kini aku asing
di keluasan lautan
berteman mega mewarta duka
angin laut mengurai cerita
bersambung yang belum
rampung
di sini,
di pantai ini kan kutunggu kau
kembali bersama menepi
ke muara
abadi
Yogyakarta, 14 Februari 2017
8. SURAT KEKASIHPerempuan Lereng Merapi
11
jika mungkin, tanah air ini berteriak sambil mengeluarkan batu
batu dari dadanya
linangan air mata membasah di hati penghuni negeri, kota dan
kampung mendung
tiada bercahaya. keprihatinan menjadi carut-marut kegelisahan
miris menatap maraknya silang sengketa peradaban
Ya Allah..
terimalah permohonan ampunan atas kelancangan segala
keinginan
kami ingin persatuan bangsa ini tetap utuh seperti keutuhan lidi
dalam ikatan
tidak bercerai berai dan terbelah bagai puing-puing rekah
jauhkan cacian dan umpatan, saling curiga apalagi perang saudara
hitam...
kelam…
jangan biarkan kebesaran bangsa ini kian tenggelam
dalam cerita nestapa yang semakin dalam
album sejarah Merah Putih seharusnya menjadi petatah petitih
namun budi luhur kian luntur, meronta digilas rasa keangkuhan
pengabdian pahlawan tak lagi menjadi teladan
pucat tak berwarna, semakin pasi darahnya
rumah adat dan tarian rakyat adalah keberagaman yang men
jadikan kita kaya
9. SANGKAKALA SEMESTA12
Antologi Puisi
gerakan rentak Melayu perlahan tersipu, sinergi tepuk dada tari
Saman
dinamika Yospan Papua, kelembutan penari Serimpi begitu
takzim dan santunnya
lestarikanlah! agar tak tergerus arus modernisasi, tak lekang
oleh putaran jaman
Ya Allah... mengapa kepalsuan semakin menjamur
sementara kejujuran terkubur di tanah berlumpur
menjauh dari sikap adib. Tiang kukuh penopang kesejatian kian
lusuh
Sebagaimana fatwa pemangku tersimpan rapi dalam buku
Wahai pewaris negeri..
Kembalikan Adiluhung bangsa ini
Galang semangat juang yang mulai hilang
Tanamkan dalam sikap patriotik di jiwa lapang
Wahai generasi muda, tegakkan dada hadapkan muka
Genggamlah semangat toleransi ciptakan perdamaian
Kembalikan kejayaan persatuan dan kesatuan bangsa
Seperti Patih Gajah Mada mempersatukan Nusantara
Kobarkan api perjuangan Bung Tomo
Warisi anggunnya emansipasi Kartini
atau cermin mutiara Ki Hajar Dewantara
Kita bekerja yang diiringi doa
Duhai Indonesiaku
Nyalakan lentera di langit katulistiwa
Usah ragu berperang melawan egoisme nan membelenggu
Sebab adil makmur hadir dalam nyata bukan sekedar slogan
butir-butir PancasilaPerempuan Lereng Merapi
13
Jari-jemari eratlah bergenggaman, dari hati ke hati saling ikrarkan
janji
Segala perbedaan adalah anugerah Yang Maha Kuasa
Keberagaman di dalam kesatuan, Bhineka Tunggal Ika
Untukmu, Indonesia jaya!
Magelang, 17 September 201714
Antologi Puisi
Ingin kukembali menginjak bumi
Memantapkan kaki menjejak tanah kelahiran ini
Kucoba meraba, namun hampa fatamurgana
Udara serasa tak seramah semesta
Di langit kau gantung segala tentang aku
Kau renggut oksigenku ..Napasku..
Harapan-harapanku
Perasaan-perasaanku, bahkan hidupku
Sayap tak sebebas camar membelah angkasa
Menukik tajam di tengah samudera
Menjelajah raya menggempur mega
Leluasa tanpa beban atau tekanan
Mengapa tak kau bebaskan aku saja
seperti burung dihalau terbang
Kini kaki diikat temali
menjejak bumi tak bernyali
Kau gantung harapku
Di awang uwung
Namun hidup mesti bersambung
Lepaskan tali penjerat kaki
Lebarkan sayap
Tinggalkan pengap
10. KAU GANTUNG HARAPKUPerempuan Lereng Merapi
15
Gantung menggantung
Ulah siapa yang tak diuntung
Meski menggantung
Menjaga iman jangan sampai buntung
Yogyakarta, 201716
Antologi Puisi
Saatnya kau tunjukkan
Genggam semangatmu
Pada dunia bahwa
Kamu bisa!
Menghitamkan satu huruf saja
Dalam multi choise LJK
Atau memastikan jawaban
Dalam soal yang dipaparkan
Anak-anakku, Generasi Biru
Sudahlah cukup bekal
Materi yang kau hapal
Dengan tangan terkepal
Kini
Doa dan harapan mengiringi
Pada Yang Mahabijaksana
Kita serahkan segala jawabannya
Yogyakarta, 18 April 2017
11. UJIANPerempuan Lereng Merapi
17
Selamat pagi Bu guru,
Sapamu pagi ini setengah meragu
Ketika matahari mengintip di celah mega
Dan sisa embun membasahi daun
Kau langkahkan kaki kecilmu
Melintasi debu-debu
Menuju hamparan cita -cita
Dambaan ayah juga ibunda
Kelasmu memang selalu riuh
Tawa canda riang bergemuruh
Inilah saat-saat indah di sekolah
Melepas sementara bebatan masalah
Setidaknya untuk sesaat lupakan luka-luka
Terpaan cadas jalanan terkubur sirna
Perjalanan hidup mesti ditempuh
Dengan semangat juang tetap utuh
Pagi ini, matahari sepenggalah
Kelasmu kembali menggema
Suara-suara teriak dan tertawa
Keceriaan masa remaja membuncah
Adila, Anisa, Lola, Maria meski setengah terganggu masih sibuk
baca buku
12. CATATAN HARIAN
(Bagi Kelas 8 J SMP 15 Yogyakarta)18
Antologi Puisi
Leli, Putri, Safira serta Anggita, tampak menahan canda-canda
nya
Rohana sibuk menenteng buku latihan sambil berjalan-jalan
Anaza nyuri-nyuri buka HP ikuti berita selebriti
Tarisa mengapa membuka pintu tanpa salam atau ba..bi..bu
Celvin Mega Putri melamun menutup muka sembunyikan ke
galauan
Fanesa yang pendiam nyaman belajar di pojokan
Sementara Feri, Devano, Bayu, Adi, Leoni tak bisa diam
Ridwan, Zio, Eksa dan Tomi berkutat dengan buku latihan
sambil sesekali melirik kantin Umi di bawah jendela kelas lantai
dua
Akbar, Angga, Dimas dan Rafi tenggelam dalam diskusi
Galih.. Mana Galih? Oh dia alpa tanpa kata, nama-nama penghias
mimpi
Boleh Bu guru tanyakan, kapan sebait puisi kau tulis rapi?
Hari masih pagi, Nak..Galang semangatmu jangan patah arang
Sebab engkau pun bagian dari mereka
Yang berhak menjadi pemimpin bangsa..
Yogyakarta, 20 Februari 2016Perempuan Lereng Merapi
19
Di laut yang membiru, debur ombak menggelombang
Langit mengabarkan dendang kemenangan kemerdekaan
Jiwa-jiwa yang melayang demi kibaran Merah Putih
Kini mengenyam kecewa merintih sedih
Menyaksikan kepincangan marak dan berserak
Mengkhianati tatanan kepribadian cerminan budaya
Keramahan khas bangsaku telah ternoda
Kasih sesama tercoreng curamnya tirani
Ulah manusia- manusia serakah memorandakan amanah
Masihkah? Pasti masih ada seberkas sinar
Cahaya suci penerang hati
Bagi seluruh negeri
Indonesia.. Berjayalah
Yogyakarta, Februari 2016
13. INDONESIA BERJAYA20
Antologi Puisi
Bulat kuputuskan mekarnya pengharapan
Akan tercipta sebuah tatanan
Di tengah lajunya peradaban Zaman
kusampaikan kepada Tuan-tuan
Wahai bapak Polisi lalu lintas
Kudengar peluitmu menjerit keras
Memecah gemuruh kendaraan menderu
Roda-roda kencang terus melaju
Di bawah terik sang bagaskara
Tuan melaksanakan tugas dengan setia
Berbekal tekad dan dedikasi tinggi
Berbakti bbagi ibu pertiwi
Duhai Bapak Polisi lalu lintas
Teruslah Pak .. bertindak tegas
Pada mereka yang tak mau membaca tanda-tanda
Menganggap remeh peraturan dan tata tertibnya
Ada yang menganggap dirinya Raja jalanan
Hingga membuat orang lain cidera
Bahkan meregang kehilangan nyawa
Sungguh budaya dalam keprihatinan
Lihatlah Bapak..
Kesadaran pengendara tak semua sama
Ada manusia taat dan bermartabat
Namun ada juga yang berkepala batu
14. KEPADA PAK POLISIPerempuan Lereng Merapi
21
Ada yang tak peduli si pejalan kaki tertatih di Zebra Cross
Tolonglah, jangan biarkan nurani karakter bangsaku keropos
Kami titipkan sebongkah harapan, dengan bangga aku beri
penghormatan
Akan pengabdian tulusmu. Berjayalah! Di tengah hujatan dan
pujian.
Pelalawan, 201322
Antologi Puisi
Semenjak Bunda tiada
Ayahku tampak semakin menua
Sering melamun dan menyendiri
Nikmati sunyi sepinya hati
Memang sulit dibayangkan
Kedukaan ayah yang kehilangan
Separuh jiwa setia telah tiada
Teman di setiap derap langkahnya
Ketika Bunda masih ada
Kasih sayangnya tulus
Mengantar langkah buah hatinya
Melayari rimba raya
Tiada terbalas kasih Bunda
Laksana taburkan mutiara
Sebagai teladan bagi sesama
Ibuku sangat sederhana
Kini tinggal ayahku menyesali
Bunda telah pergi
Menghadap Illahi Robbi
Ke alam kekal abadi
Ayah janganlah bersedih
Ada anak ayah tumpuan kasih
15. AYAHPerempuan Lereng Merapi
23
Doakan Bunda bahagia di surga
Bersama amal ibadahnya
Magelang, 201424
Antologi Puisi
Kota bersejarah ini, kini tak asing lagi
Setiap pagi buta aku berpacu dengan waktu
Magelang-Yogjakarta terasa semakin dekat
Seiring nafas tersengal tersendat
Impianku saat remaja masih segar dalam ingatan
Ingin aku mengabdi pada tahta Paduka Negeri
Kini aku nikmati uniiknya alur kehidupan
Sebagai guru bagi generasi putih biru
Di Yogyakarta, aku titipkan garis nasibku
Menjaga nadi agar terus berdenyut melanjuti hidup
Di sini, kota harapan berbagai bangsa
Menggantungkan cita bagi generasinya
Di Yogyakarta syarat akan budaya
Tempat belajar peradaban dan adat istiadat
Senyum, salam dan sapa wajib ditebarkan
Kepada siapa saja sebagai wujud cinta akhlaq mulia
Yogyakarta. Berkibarlah bendera kejayaan
Di taman hati setiap insan
Bertahta di dada setiap bangsa
Sebagai teladan semulianya
Yogyakarta, 2016
16. YOGYAKARTA, IMPIANKUPerempuan Lereng Merapi
25
Ketekunanmu menggeluti buku-buku, menghapal rumus
memahami angka dan logika
kini diuji..
Kegigihanmu selama tiga kali tiga ratus enam puluh lima hari
Kini diuji..
Saatnya tepati janji menjadi ksatria sejati
Berjibaku menuntut ilmu   
Singkirkan jauh-jauh rasa takut apalagi kalut
Bukankah butiran-butiran SKL telah kau taklukkan
Sambut saja lembaran-lembaran soal dengan senyum keyakinan
Wahai Generasi Putih Biru!
Janganlah risau janganlah galau
Telah kau kantongi sebongkah restu
Ayah Bunda senantiasa senandungkan doa
Menyertaimu dengan tulus dan keikhlasan
Bapak ibu guru pun berjibaku
Mengantarmu sampai batas kenyataan dan impian
Hingga cita-citamu berkibar di pucuk cemara
Gagah seperti Sang Saka
Di angkasa raya
Empat hari jadilah panglima pemberani
Acungkan tinjumu tunjukkan jati diri
Bangkitkan semangatmu!
17. UN
(Bagi Generasi Biru)26
Antologi Puisi
Yakinlah, anak-anak kesayangan Bu guru!
Bahwa kalian mampu menjadi nomor satu
Pangkalan Kerinci, 18 April 2014Perempuan Lereng Merapi
27
Butiran mutiara membasah dedaunan
Terjaga aku dari buaian Sang Rembulan
Sayup-sayup menggema tembang megatruh
Melepas hening malam kelam kian menyentuh
Binar fajar menyerbak wangi bunga sawit selugas senyuman
Seiring mekarnya kuncup-kuncup beribu pengharapan
Menyunting mimpi merenda hari jauh di masa depan
Tempat berlabuh beribu jiwa di bumi Pelalawan
Suatu pagi di Pangkalan Kerinci
Tangan terkepal menggenggam janji
Meraih hidup mengejar kehangatan matahari
Tak terlupa sujud syukur segala nikmat Illahi Robbi
Pangkalan Kerinci, 15 April 2014
18. SUATU PAGI
DI PANGKALAN KERINCI28
Antologi Puisi
Mengapa layar perahu harus berkembang
sedang laut telah enggan  bergelombang
Mengapa dada masih merasakan getar
Jika  jantung hati tak lagi menggelegar
Mengapa tangan dikepalkan amarah
bila kenyataan  tak mungkin berubah
Mengapa teriak sakit
setelah sekian lama
jiwa terhimpit...
Sesalmu itu!
Terpanaku
dalam diam
dalam sendu
dalam tangis
dalam dalam..
Pangkalan Kerinci 2015
19. RETORISPerempuan Lereng Merapi
29
Nyanyian usang bersemayam dalam museum angan-angan
kadang menyeruak tak peduli jiwa luluh lantak
tak hiraukan ruang rindu menawarkan sendu
terngiang-ngiang tembang mengumandang
memanggil-manggil nama Sang Pujangga
Seperti rumput liar kini telah rebah ke tanah
tanpa hiraukan badai,terjal karang dan gulungan ombak
apalagi  angin laut nakal memainkan rambutnya
semakin tak peduli ia
Rumput liar, hijau warnanya telah memudar
Layaknya daun satu-satu jatuh
Satu-satu berserak ke tanah
menyatu dengan wangi bumi
Magelang, 2015
20. NARASI WANGI BUMI30
Antologi Puisi
Aku tak mau lagi tersesat di rimba raya bila tanpamu
Aku sanggup melintasi langit membelah mega asal denganmu
Kini akan kupintal benang sutera dari kepompong yang telah
kosong
Serta menyulam permadani dengan bunga-bunga warna-warni
Melengkung bianglala melingkupi cakrawala
Bagaikan titian pelangi tempat bidadari gemulai menari
Tersenyum simpul dan membuka tabir rindu
Bagi kau dan aku
Magelang, 2015
21. KEPOMPONGPerempuan Lereng Merapi
31
Kuyakini kata hati tanpa dusta
Selalu!
Membisikkan segala yang mulia
Di hati kecil penuh rahasia
Layaknya peminang rasa
Menggedor-gedor dinding nuraniku
Ingatkan ini melarang itu
Menuntun diri mengemas sanubari
Kejujuran selalu kau bisikkan
Sebagai pedoman langkah kehidupan
Namun terkadang aku ingkar
Dari kata hati yang benar
Aku tahu pilu menggurat sendu
saat kuucap seperti kata hatiku
Magelang, 2015
22. KATA HATI32
Antologi Puisi
Aku menari melenggang sepanjang gelanggang
Rimba raya  terpana takjub memandang
Denting piano mendayu-dayu nurani
Menusuk-nusuk pembuluh darah
Memporandakan belenggu jiwa
Sayup kudengar bisikan lembut menghentak kebodohanku
Teruslah menari..teruslah menggapai mimpi..mengejar matahari..
Jangan takut.. Aku bukan Malaikat Maut.”
Dengan terbata aku pun menjawab
“Ta..tapi aku tak bersayap tak bisa jadi kupu-kupu”
Suara berat itu melarangku
Jangan jadi kupu-kupu”
“Aku tak punya taring seperti Harimau”
Oh mengapa Harimau?” ”Teruslah menari”
”Lalu... mengapa aku harus menari?”
“Sedang musik telah terhenti”
Karena Kau punya hati,
Jadilah Dirimu Sendiri”
      
Pekanbaru-Yogyakarta, 2007-2017
23. DIALOG IMAJINERPerempuan Lereng Merapi
33
aku hanya bisa mengusap dada pada pepohonan
yang tak ingat lagi jerih payah tanah lelah
memberikan garam-garamnya
untuk tumbuh semi ranting daun
lelah bersusah-susah menuangkan air tanah
namun angin pun berlalu
aku jadi sedih..
bila matahari sudah tak lagi diberi arti
sedang sinarnya begitu dirindukan
bagi pepohonan
satwa dan insan
namun angin pun berlalu
jomplang tak berimbang
aku tak berselera seketika
tatkala langit menolak awan
tak peduli siklus kehidupan
Oooh.. mengerikan
dalam hatiku ada yang menyeru-nyeru ‘jangan lupakan
pahlawan’
setidaknya berilah arti mesti sedikit yang berpahit-pahit
sakit ...sakit
pahit ... pahit
sakit
pahit
24. NYANYIAN JOMPLANG34
Antologi Puisi
sadar dari ketermenungan dan bangkit dari genangan sakit
kembali pada nurani pada kata hati,
‘jangan pedulikan yang tidak peduli
Sebab apa pun haruslah tuntas ikhlas
seikhlas udara menghidupi dunia’
Ya Robbi ampunkan nyanyian ini
nyanyian jomplang ini
Jomplang 
plaang
plaang
Pangkalan Kerinci, 9 Mei 2014Perempuan Lereng Merapi
35
Matahari merendah menggamit batas cakrawala
Langit memerah dalam buaian senja
Burung-burung bergegas pulang ke peraduan
Binatang malam senandungkan kelam
Seorang perempuan tertatih di jalan lengang
Langkah kecilnya berirama
Seperti semayup sebuah tembang
Iringi keletihan bergulat sepanjang usia
Bakul di gendongan sudah lusuh
Sepudar warna keranjang di jinjingan
Namun siapa sangka di dadanya ada gemuruh
Teringat olehnya masa muda menyusup di barak musuh
Sekelumit kisah Mak Imah
Pejuang sejati yang tak pernah mengenal medali
Tetes keringatnya berjatuhan di tanah basah
Tapak kakinya sekokoh tentara Republik
Warta yang dibawa Mak Imah sepanjang jalanan
Menjadi satu penentu pergerakan pasukan
Kibaran Merah Putih menjadi tumpuan harapan
Jutaan pejuang merindukan kemenangan
Kini kemerdekaan benar-benar terwujud
Rasa syukur mengurai tangis dalam sujud
25. SEPENGGAL KISAH
DI BATAS SENJA36
Antologi Puisi
Biarlah anak cucu nikmati dunia baru
Dunia yang gegap gempita berbagai penjuru
Mak Imah tetaplah pejuang
Berjalan kaki menggendong penghidupan
Kedatangannya selalu dirindukan orang-orang kota
Para pelanggan sayuran dan palawija
Sepenggal kisah di batas senja
Tentang Mak Imah pejuang rakyat
Kehidupan sederhana namun penuh makna
Digenggamannya beribu teladan serta mukjizat
Loning, 3 Juni 2016Perempuan Lereng Merapi
37
Kutemukan merah mawarmu
Berguling di rawa-rawa
Seekor kobra  meliukkan tubuh panjangnya
sambil mendesis
Mawar tersentak
Menjerit
Meronta
Hancur luluh kelopaknya
Kobra justru tertawa
Ha..Ha..Ha..
“Kali ini aku yang menang”
Dalam kehancuran mawar tak menyerah
“Tunggu aku!
saat rembulan terang di waktu siang”
Pekanbaru, 11 Mei 2010
26. SEEKOR KOBRA DAN
MAWAR MERAH38
Antologi Puisi
Hari ini selalu ada rindu
Kerinduan ibu kepada generasi baru
Seperti merpati yang siap menjelajah negeri
Seharum melati hiasan sanggul Ibu Kartini
Hari ini selalu ada rindu
Kekangenan seorang ibu
Pada penerus cintanya
Penggapai citanya
Detik yang berlari
Tak mungkin tertahan lagi
Semakin mekar kekembangan
Semakin menguning dedaunan
Belum seberapa bisa kuperbuat
Namun sepenuh jiwa mengemban amanat
Apakah punya makna?
Tanyaku masih mengawang di cakrawala
Loning , 21 April 2017
27. MAKNA KERINDUANPerempuan Lereng Merapi
39
Saatnya paku kau tancapkan
Gambar pilihanmu menebar senyuman
Senyum kemenangan
Menyimpul slogan janji impian
Keramahan tergambar
Ataukah wajah lugas lunas terbayar
Kaulah yang tentukan
Di bilik sunyi dan sendiri
Boleh mengamati
Juga memungkasi
Dengan tusukan paku sakti
Di dada atau kepala
Raja lawan akan tereksekusi
Bidak hitam atau putih
Layaknya papan catur
Inginkan!
Permainan jujur
Yogyakarta, April 2017
28. EKSEKUSI
(detik-detik menjelang)40
Antologi Puisi
Jauh perjalanan belum jumpa muara
Semayup rintih sedih pedih dan lara
Nestapa mungkinkah segera sirna
Puuihh.. seribu suara menenggelamkan logika
Melampaui batas-batas kesadaran jiwa terjaga
Memang kau bisa mengubah tangis menjadi tawa
melukis kanvas dengan goresan warna-warna
Nyanyian jengkerik dan tonggeret bersahutan sambut
Mengayun melambai di pucuk-pucuk rumput
Beranda batin lagi asyik gumamkan musim
Sementara separoh langkah masih tergugu di sudut waktu
Bantu aku kembali melumat gumpalan mimpi
Mimpi-mimpi kita,
Pangeran...
Yogyakarta, 18 Oktober 2016
29. PERJALANANPerempuan Lereng Merapi
41
Jika ajaran Jawa mengatakan
“Bisaha rumangsa nanging ojo rumangsa bisa”
Maka dengan malu-malu
Mengucap “aku belum bisa”
Ketika keangkuhan harus dieksekusi
Dari simpul-simpul nadi
Dan keikhlasan menerima diri
Bukanlah jawaban yang merugi
Akan kutanggalkan kaca mata
Sekaligus penutup muka
Agar kau dapat membaca
Wajah yang sebenarnya
: Indah Aryati Prawiro
Loning, 1 Juni 2017
30. MENJELANG AKU42
Antologi Puisi
Biarlah rasa diam di tempatnya
Meski deras menggelombang
Linangan di sujud pengaduan
Doa-doa kita
Menamatkan
Permohonan..
Getar Gaib
Janganlah dikau
Raib
Yogyakarta, 3 Februari 2017
31. DIAMPerempuan Lereng Merapi
43
bening mutiara di atas daun
menyentak aku tertegun
bangunkan dari mimpi-mimpi
tentang kita hari ini
ternyata...
jarak semakin terbentang
saat melepas genggaman
sambil berbisik berpamitan
dikau berpesan
“Jangan sedih atau menangis
meski tak lagi satu sampan
namun dayungmu tetap tersimpan”
Yogyakarta, 20 September 2016
32. ELEGI PAGI-PAGI44
Antologi Puisi
Dirgahayu Indonesia..
Dengan keharuan mendalam
Saat menyaksikan gagahnya kibaran
Sang Saka Merah Putih..
Sungguh aku ingin menjadi bagian
dalam lintas kedewasaanmu
Geliat kerja membangun lapisan bangsa
Menjadi roda-roda dinamika
Yang membuat berjaya
membina generasi milenia..
Indonesia..
Tenaga, pikiran dan pun jiwa
Ikhlasku untukmu..
Magelang,Agustus 2016
33. DIRGAHAYU INDONESIAPerempuan Lereng Merapi
45
Sudut ruangi sofa warna coklat tua
Kubaringkan letih segala kegamangan
Kamar lantai dua Grand Pacifik Hotel
Tak luput berbicara
Tentang tembang di ambang sumbang
Kuncup bunga melayu
Dalam kesaksian langit
Di bawah temaram lampu
Kau aku tak bergeming dari lingkaran putaran waktu
Dengan pusaran yang itu ke itu
Untuk apa bertahan dalam pendakian
Sedang lereng bukit begitu curam
Sementara simpul-simpul janji kehilangan sakralnya
Lebur dilumat gumpalan keakuan
Menara kembar Petromas angkuh mencibir
Perjalanan luka dan siasia di titik nadir
Kuala Lumpur, 2014
34. SOLITUDE46
Antologi Puisi
Ada sengal napasku
kunaiki tangga besi itu
Duduk di kursi, orang-orang tak kukenali
Kutoleh kiri Merbabu kencang berlari
disusul debut Sang Merapi.
Dan matahari? Begitu juga matahari.
Di kanan bukit-bukit mengejarku
Kanan kiri kanan kiri kanaaan kiriiii
Begitu seribu kali
Kuterus berlari disusul gunung-gunung dan matahari,
bukit-bukit, pohon-pohon, rumah-rumah, langit,
mega-mega dan mendung-mendungnya..
Mengapa semua mengikutiku?
Mengejarku? Salah apa aku?
Jomboooooor
teriakan yang membuyarkan segala ilusiku
Oh ternyata aku..
Dalam Bus Mustika
Magelang-Yogyakarta
Yogyakarta, 23 Maret 2015
35. TERNYATA AKUPerempuan Lereng Merapi
47
Seperti rumah pasir di pantai gersang
Kian terberai disapu gelombang
Sunyi sepi tanpa penghuni
Ikan dalam jaring menggelepar mati
Burung camar sesekali menoleh tertegun
Tembang lara sayup mengalun
Seruling gembala semakin bercerita
Tentang cinta usang tanpa berita
Rumah pasir tepi laut
Tengadah lalu bersujud
Ikhlas melepas
Rasa tiada berpaut
Magelang, 18 Maret 2015
36. EPILOG48
Antologi Puisi
selangkah lagi..
anak tangga penghabisan
seiring sengal nafas memberat
tiap penuh syarat
kini bukan dekade dua puluh tahun silam
aku yang merasa sok perkasa
ringan menapak puncak Merapi,
Sumbing dan Sindoro
kebanggaanku saat
menggenggam bunga keabadian
seikat Edelwais
sebuah pembuktian
senja memerah
menjemput malamku
tapi aku tak ragu
biarlah puisiku mengumandang
ikut bersuara turut bertembang
di puncak Tidar
atau anak tangganya.
Magelang, 2 maret 2015
37. DI PUNCAK TIDARPerempuan Lereng Merapi
49
Sunyi ini bukanlah mati
Sepi tak kubiarkan berlalu.
Menyelam dalam kelengangan
Dengan hasrat tertambat
Ridho kumohonkan
Dalam sepi..
Sebut, manggil, dan membisik
mengukir nama dalam relung jiwa
Dalam sepi,
kusimpan nama-Mu di kalbu
Magelang, 22 jan 2015
38. SUNYI50
Antologi Puisi
sunyi..
dalam malam bulan sembunyi
jengkerik masih nikmati kelam
kelelawar mengunyah liar
tokek..
terus memecah sepi
Sedangkan rumput
bersujud
tahajud..
Yogyakarta, 17 jan 2015
39. SUNYI 2Perempuan Lereng Merapi
51
Hari melaju melayar waktu
Segenap harap mengharu biru
Semoga..
Kebaikan segala mendamba
Sebagai hamba pasrah sumarah
kersaning Gusti Allah
Sambil tadahkan tangan
Aminkan doa atas perjuangan
Selamat tinggal masa lalu
Kusambut kebaruan penuh keikhlasan
Magelang, 1 Januari 2015
40. JANUARI52
Antologi Puisi
Larut malam
tenggelam aku dalam remangmu
sebersit tanya menyesak dada
mengapa harus ada amarah menguasai jiwa
jika masih ada sisi putih dari hati
untuk saling mengucap maaf..
Magelang, 30 Des 2014
41. SUNYI 3Perempuan Lereng Merapi
53
Jarak mulai terbentang
saat pagi menggigil
dalam kabut
ini langkah awal
perjalanan dimulai
mengais tanah
menanam rempah
tempat yang berbeda
penuh keasingan
bisingnya tengah keramaian
ini tempat baru
jauh dari pangkal rindu
melabuh hati padamu negeri
dalam sembab mata
memohon ridho-Nya
Pekanbaru, November 2014
42. JARAK54
Antologi Puisi
saat aku kembali
melangkah lagi di kampung sunyi
seperti mimpi menggerayangi realita
yang nyata di depan mata
Magelang aku pulang
dengan segala cita dan sayang
tinggalkan Pangkalan Kuras
Pelalawan dan Sialang
demi...
kampung...
Loning aku rindu
suasana heningmu..
Yogyakarta, 9 November 2014
43. KAMPUNGKUPerempuan Lereng Merapi
55
Bukan hanya pada bukit dan sawit
Aku berpamit
Gelombang dan badai adalah saudara
Terpatri dalam setiap dada
Tangisku juga air matamu
Adalah rumah sekaligus tanah dan air
Kita bernafas sampai bumi menua
Di bawah langit biru tua
Menangkap rindu
Dalam penyeberangan waktu
Ini takdirku
Pangkalan Kerinci, November 2014
44. TAKDIR56
Antologi Puisi
Aku bukanlah kertas putih
Aku tak bisa memaparkan dengan jelas
Semua kata-kata dan tulisanmu
yang memenuhi halaman bisu
Sayang, aku hanyalah
Halaman buram
Yang bertambah suram
Terkena siraman air hujan
Maka simpanlah bait-bait puisimu
Juga kidung indahmu
Simpan di hati jernih
Dengan kesabaran yang lebih
Yogyakarta, 20 April 2017
45. BUKAN KERTAS PUTIHPerempuan Lereng Merapi
57
Akhirnya datang juga
Hari kelahiran memberi tanda
Bahwa usia sudah tidak lagi muda
Seperti kemarin saat remaja
Berbagai perjalanan telah kulalui
Penuh batu-batu, karang dan gelombang
Kadang rintangan onak dan duri
Gunung terdaki lautan terseberangi
Pahit manisnya hidup
Menjaga semangat pantang menyurut
...
Yogyakarta, 21 April 2017
46. KELAHIRAN58
Antologi Puisi
Bakti tulusmu membekas
Di setiap kepala anak-anak bangsa
Mengolah cadas menjadi butiran mutiara
Bagi tumbuh terbangnya insan cendekia
Pundak dan dada bukanlah tempat lencana
Apalagi pundi-pundi di hari tua
Seramah matahari menyapa pagi
Ikhlas mengabdi tanpa bintang medali
Seirama nada kehidupan mengalun
Rahasia welas asih dalam petatah petitih
Membekali derap langkah. Mengemban lentera amanah
Menggapai langit dengan restu wingit
Bapak guru... Ibu guru...
Kasih dan sayangmu mengiringi langkah kami
Terpatri dalam hati. Sekarang, esok dan nanti
Fatwa yang mengalir. Di hati kami kan mengukir
Jasamu tiada kan terbalas
Hanya sungkem taklim kami
Yang lahir dari kejernihan hati
Terimalah bakti kami
: Padamu, Guruku..
Magelang, 7 Mei 2016
47. SEUNTAI RASA
Life Inspiring Guru-guru TercintaPerempuan Lereng Merapi
59
Fajar merekah langit Timur memerah
Wangi bunga-bunga jagung mulai merebak
Menyalami rumput-rumput ilalang
menjalin erat daun buncis dan bengkoang
Ketika angin mengantar warta
Kicauan burung pun riang gembira
Nyanyian potong padi semayup terngiang
Menelusuri pematang menyibak daun pisang
Perempuan-perempuan tangguh
Bercaping kepala sekedar peneduh
Saat matahari mengantar kehangatan
kau olah tanah dengan keikhlasan
Sepenuh jiwa rasa cinta tercurah
tetesan keringat menyiram tanah gembur nan basah
Tanganmu terampil merawat pohon penyambung hidup
Harapan insan melanjuti intrik tiada surut
Bila musim panen tiba
Beras, sayuran dan palawija
Tak lupa berbagi tetangga
Selebihnya mengisi pasar-pasar kota
Perempuan-perempuan lereng Merapi
Harapan hidup terbalut kobaran api
bersahaja mengemban amanat dengan hati
seutas tali tulus menggapai mimpi
48. PEREMPUAN LERENG MERAPI60
Antologi Puisi
Perempuan-perempuan tangguh
Menyimpan semangat kepalan tangan kukuh
Keikhlasan terselip di hati dan jiwa
Demi sesama, baja di hatinya tiada terkata
Magelang, 22 Oktober 2017Perempuan Lereng Merapi
61
Tanah berbukit jalan setapak
Kicauan burung seperti bercerita
Tentang asal muasal nama penuh makna
Kisah sejarah dari pinisepuh pun terkuak
Penghuni kampung kuat memegang tradisi
Budaya nenek moyang kental diwarisi
Menjaga kerukunan begitu pentingnya
Satu berduka seluruh kan merasa
Mengolah sawah sebagai petani
Pekerjaan mulia dilakukan sepenuh hati
Kesederhanaan menjadi satu ciri
kehidupan apa adanya namun penuh arti
Loning jauh dari hingar bingar kota
Jauh dari hentakkan budaya manca
Kobra Siswa kesenian rakyat masih diuri-uri
Sebagai warisan budaya bagi generasi
Loning tak mengenal karaoke atau diskotik
Yang ada jamaah mengaji, solawatan dan berjanji
Setiap bulan mendatangkan Kyai
Penyiram batin dari kegersangan hati
Konon seorang Kyai syiar di sini
Mengajarkan aqidah dan budi pekerti
49. LONING
(Dusun Sunyi Sematkan Mimpi)62
Antologi Puisi
Sampai hari ini jasanya masih dikenang
Sebagai tokoh agama di jaman perang
Loning sebuah nama yang punya makna
Cikal bakal kampung sunyi beribu arti
Dalam balutan bukit hijau menghampar
Di sinilah kedamaian jelas tergambar
Loning..
Di bawah pohon Elo ada mata air yang bening
Kampung sunyi pendamai hati
Loning, 23 Oktober 2017Perempuan Lereng Merapi
63
Laksana gelombang tak henti menghantam karang
Bertubi-tubi gempuran dahsyat menampar kencang
Meski laut ada pasang ada surut
Namun intrik kehidupan tiada pernah larut
Begitu juga kehidupan insan di dunia
Tak pernah luput dari ujian-Nya
Berulang kali cobaan menghadang
Kita bangkit, tertatih jangan merintih
Siapa bilang hidup itu mudah
Meski ada kehidupan penuh kenikmatan
Namun ujian harus dipertanggungjawabkan
Bukandi sini, tapi di kehidupan nanti
Seperti menjaring angin
Betapa sulitnya menapaki jalan sesuai peta Yang Mahakuasa
Jika kita mengeluh, hilanglah rasa ikhlasnnya
Menjauhlah qonaah dari jiwa-jiwa hampa
Janganlah menjaring angin
Jangan sia-sia. Amal ibadah lakukan tanpa cerita
Meski pada dinding mushola atau pun tiang-tiangnya
Biarlah Sang Pencipta tahu rahasia, menjaga kemurniannya
Semakin belajar banyak aku rasakan
Ketidaktahuan untuk menyibak rahasia
50. MENJARING ANGIN64
Antologi Puisi
Satu huruf betapa susah, menerjemahkan kata
Apalagi melakukannya dalam tindakan nyata
Yogyakarta, 27 Oktober 2017Perempuan Lereng Merapi
65
Ini kali malam keberapa
Selalu ada cengkerama tentang kata
Puisi, langit dan bintang-bintangnya
Atau kita urai sama-sama
Simpul-simpul penjerat
Batang kehidupan
Masih terdengar sapa selamat pagi
Dalam hangat kopi dan sepotong roti
Juga sepenggal kidung kau alunkan
Hingga larut malam
Magelang, Maret 2018
51. SAMPAI MALAM66
Antologi PuisiPerempuan Lereng Merapi
67
Indah Aryati Prawiro lahir di dusun Loning, Senden,
Mungkid, Magelang, Jawa Tengah. Menyelesaikan pendidikan
SD sampai SMA di kota kelahirannya. Alumnus Universitas
Tamansiswa Yogyakarta, program studi Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia (1991). Pendidikan S2 diselesaikan tahun 2012
di STIE Ganesha Jakarta. Tahun 1999 hijrah ke Riau, mengabdi
kan diri menjadi guru. Tahun 2015 mutasi ke Yogyakarta, menjadi
guru di SMPN 4 Yogyakarta. Karyanya berupa artikel penelitian
dan esai di muat Wings Jurnal Pendidikan Kota Yogyakarta dan
Procceding, Seminar Internasional Pendidikan Kabupaten Pelala
wan. Esai dan puisinya sesekali muncul di Riau Pos, Merapi,
Candra dll. Buku Antologi Puisinya terbit tahun 2014 berjudul
“Berguru Angin Rantau”, Antologi Cerpen bersama teman-te
man guru yang tergabung dalam Bengkel Sastra Balai Bahasa
DIY berjudul “Menggapai Mimpi” terbit tahun 2016, Antologi
puisi 23 penyair di terbitkan Rumah Budaya Tembi berjudul “Me
nyandi Sepi” tahun 2017 dan beberapa puisinya menghiasi Koran
Purworejo On Line 2018.
BIODATA